Halaman

Thursday, April 18, 2019

5 kalimat rancu

  1. Tubuhnya tersungkur terkelembab ke dalam lubang ketika sepeda motornya tersandung batu besar pada saat melaju kencang.
  2. Manusia menggunakan alat komunikasi telepon untuk saling berhubungan dalam jarak jauh.
  3. Meskipun presiden punya agenda besar soal demiliterisasi politik dan penegakan hak asasi tetapi itu tidak dengan mudah menuntaskan persoalan kekerasan atau militerisme di Indonesia.
  4. Dari data yang didapat menunjukkan bahwa kenaikan BBM itu cukup menyulitkan rakyat kecil.
  5. Sektor pariwisata yang mana merupakan tulang punggung perekonomian negara harus senantiasa ditingkatkan.


Perbaikan :
1. Tubuhnya tersungkur ke dalam lubang ketika sepeda motornya tersandung batu besar pada saat melaju kencang. (Pleonase)
2. Manusia menggunakan telepon untuk saling berhubungan dalam jarak jauh. (Pleonase)
3. Presiden punya agenda besar soal demiliterisasi politik dan penegakan hak asasi tetapi itu tidak dengan mudah menuntaskan persoalan kekerasan atau militerisme di Indonesia.
          atau
Presiden punya agenda besar soal demiliterisasi politik dan penegakan hak asasi tetapi itu tidak dengan mudah menuntaskan persoalan kekerasan atau militerisme di Indonesia.
alasan :
Penggunaan pasangan meskipun...tetapi pada kalimat tersebut akan menimbulkan kerancuan pikiran. Kata meskipun menyatakan 'alasan', sedangkan kata tetapi menyatakan 'perlawanan'. Penggabungan dua kata penghubung itu dalam satu kalimat tentulah menimbulkan hubungan pikiran tidak logis.
4. Kenaikan harga BBM cukup menyulitkan rakyat. (Tidak baku karena tidak memiliki Subjek)
5. Sektor  pariwisata yang merupakan tulang punggung perekonomian negara harus senantiasa ditingkatkan. (Pengaruh bahasa asing)

Kalimat Abstrak

  Dalam tugas ke 7 yang di berikan oleh dosen mata kuliah bahasa indonesia memberikan sebuah tugas yaitu mengartikan kata dalam bahasa inggris :
 

Arming the public with artificial intelligence to counter social bots

Abstract
The increased relevance of social media in our daily life has been accompanied by efforts to manipulate online conversations and opinions. Deceptive social bots—automated or semi‐automated accounts designed to impersonate humans—have been successfully exploited for these kinds of abuse. Researchers have responded by developing artificial intelligence (AI) tools to arm the public in the fight against social bots. Here we review the literature on different types of bots, their impact, and detection methods. We use the case study of Botometer, a popular bot detection tool developed at Indiana University, to illustrate how people interact with AI countermeasures. A user experience survey suggests that bot detection has become an integral part of the social media experience for many users. However, barriers in interpreting the output of AI tools can lead to fundamental misunderstandings. The arms race between machine learning methods to develop sophisticated bots and effective countermeasures makes it necessary to update the training data and features of detection tools. We again use the Botometer case to illustrate both algorithmic and interpretability improvements of bot scores, designed to meet user expectations. We conclude by discussing how future AI developments may affect the fight between malicious bots and the public.

Abstrak

Meningkatnya relevansi media sosial dalam kehidupan kita sehari-hari telah disertai dengan upaya untuk memanipulasi percakapan dan pendapat online. Bot sosial yang menipu - akun otomatis atau semi-otomatis yang dirancang untuk meniru manusia - telah berhasil dieksploitasi untuk jenis pelecehan ini. Para peneliti merespons dengan mengembangkan alat kecerdasan buatan (AI) untuk mempersenjatai masyarakat dalam perang melawan bot sosial. Di sini kami meninjau literatur tentang berbagai jenis bot, dampaknya, dan metode pendeteksian. Kami menggunakan studi kasus Botometer, alat pendeteksi bot populer yang dikembangkan di Universitas Indiana, untuk menggambarkan bagaimana orang berinteraksi dengan penanggulangan AI. Survei pengalaman pengguna menunjukkan bahwa deteksi bot telah menjadi bagian integral dari pengalaman media sosial bagi banyak pengguna. Namun, hambatan dalam menafsirkan output alat AI dapat menyebabkan kesalahpahaman mendasar. Perlombaan senjata antara metode pembelajaran mesin untuk mengembangkan bot canggih dan penanggulangan yang efektif membuatnya perlu memperbarui data pelatihan dan fitur alat deteksi. Kami kembali menggunakan kasus Botometer untuk menggambarkan peningkatan algoritmik dan interpretabilitas skor bot, yang dirancang untuk memenuhi harapan pengguna. Kami menyimpulkan dengan membahas bagaimana perkembangan AI di masa depan dapat memengaruhi pertarungan antara bot jahat dan publik.
lebih lanjut dapat dilihat disini
HEALTH CARE 
Medical error reduction is an international issue, as is the implementation of patient care information systems (PCISs) as a potential means to achieving it. As researchers conducting separate studies in the United States, The Netherlands, and Australia, using similar qualitative methods to investigate implementing PCISs, the authors have encountered many instances in which PCIS applications seem to foster errors rather than reduce their likelihood. The authors describe the kinds of silent errors they have witnessed and, from their different social science perspectives (information science, sociology, and cognitive science), they interpret the nature of these errors. The errors fall into two main categories: those in the process of entering and retrieving information, and those in the communication and coordination process that the PCIS is supposed to support. The authors believe that with a heightened awareness of these issues, informaticians can educate, design systems, implement, and conduct research in such a way that they might be able to avoid the unintended consequences of these subtle silent errors.
 Translate :
Pengurangan kesalahan medis adalah masalah internasional, seperti penerapan sistem informasi perawatan pasien (PCIS) sebagai sarana potensial untuk mencapainya. Sebagai peneliti yang melakukan studi terpisah di Amerika Serikat, Belanda, dan Australia, menggunakan metode kualitatif serupa untuk menyelidiki penerapan PCIS, penulis telah menemukan banyak contoh di mana aplikasi PCIS tampaknya mendorong kesalahan daripada mengurangi kemungkinannya. Para penulis menggambarkan jenis kesalahan diam yang telah mereka saksikan dan, dari perspektif ilmu sosial yang berbeda (ilmu informasi, sosiologi, dan ilmu kognitif), mereka menafsirkan sifat kesalahan ini. Kesalahan tersebut terbagi dalam dua kategori utama: mereka yang dalam proses memasukkan dan mengambil informasi, dan mereka yang berada dalam proses komunikasi dan koordinasi yang seharusnya didukung oleh PCIS. Para penulis percaya bahwa dengan kesadaran yang meningkat akan masalah-masalah ini, para informatika dapat mendidik, merancang sistem, mengimplementasikan, dan melakukan penelitian sedemikian rupa sehingga mereka mungkin dapat menghindari konsekuensi yang tidak diinginkan dari kesalahan diam yang halus ini. 

lebih lanjut lihat disini

Kesalahan dalam berbahasa terutama dalam tulisan



Kesalahan dalam berbahasa terutama dalam tulisan 

berikut ini merupakan soal dan kita bisa menganalisa kesalahan - kesalahan yang ada pada soal tersebut. mari kita lihat seksama : 


Soal :
1.    Tulisan – tulisan Bung Hatta yang selama ini berserakan berhasil dikumpulkan dalam 9 jilid besar.
2.    Sejak naiknya Megawati ke panggung politik apalagi dengan jatuhnya Soeharto, telah mengembalikan nama Bung Karno ke permukaan.
3.    “Walaupun bentuknya mirip seperti kaki, tapi itu tetap sirip”, katanya.
4.    Pemikir lain barang kali hanya memikirkan soal kebangsaan saja.
5.    Mereka anggap semua pengeluaran ini sebagai infaq di jalan allah yang pahalanya tak ketulungan.
6.    Beban keamanan Israel pun juga di letakkan dibahu Arafat.
7.    Kabinet Netanyahu yang seharusnya menyelenggarakan siding pengesahan perjanjian itu 29 Oktober lalu, ditunda.

Wednesday, April 3, 2019

Factors Related to the satisffaction of BPJS participants on Outpatient services in the Regional General Hospital Dr.H.Moch Ansari Saleh Banjarmasin


Abstract in english  : The hospital is a part of the Social Security Administering Agency (BPJS), this program can help to create the highest level of helath for the community. The quality of a health service is found form patient satisfaction measurement. The purpose of this study was to determine the factors related to the satisfaction of BPJS participants on outpatient services. This study used an observational analytic method with a cross sectional design conducted at The Regional General Hospital Dr.H.Moch Ansari Saleh Banjarmasin. The population of this study is all patients who are registered as BPJS participants and utilize the outpatient services of The Regional General Hospital Dr.H.Moch Ansari Saleh. Sampling is based on purposive sampling hat has been determined based on inclusion and exclusion criteria with a sample of 100 respondent. Data were analyzed based on chi-square and logistic regression test. Chi-square test showed no relationship (p> 0.05) between age, education, ocupation membership status with patient satisfaction, while there was a relationship (p <0.05) between service procedures, human resource services, drug services, facility services with satisfaction of BPJS participants. Logistic regression test shows that the biggest variable related to patient satisfaction is service procedure (registration) (p <0.05).